Monday, 12 September 2016

Cerita Islami : Ampunan untuk seorang pelacur

Seorang perempuan datang kepada Nabi Musa a.s Ia meminta didoakan agar allah swt. mengampuni dosa dan menerima taubatnya. Perempuan itu mengaku telah berbuat zina hingga membuahkan seorang anak dan membunuhnya. 

Mendengar pengakuan itu Nabi Musa marah. "Enyah kau pelacur hina!" bentak Nabi Musa. 
Mendengar unpatan Nabi Musa,.harapan perempuan itu untuk memohon ampun, bertaubat, dan menjadi orang baik-baik seketika sirna. maka turunlah Malaikat jibril.menemui Nabi Musa untuk menyampaikan firman Allah, Wahai Musa, Allah telah menyampaikan teguran kepadamu. Mengapa engkau menolak perempuan yang telah berbuat dosa, dan datang kepadamu untuk bertaubat? ketahuilah wahai Musa, bahwa Allah telah mengampuninya."

Menyesallah Nabi Musa karena telah menolak taubat perempuan itu. 

Allah maha pengampun, siapapun akan diampuni-Nya asal mau bertaubat.  karena itulah, Allah memiliki Nama Indah Al-Ghaffaar, yaitu Maha Pengampun.

"dan mohonlah ampun kepada allah. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi maha penyayang."(An-Nisa'[4]]106)

Pentingnya bersahabat sejak dini

Manusia umumnya membutuhkan sahabat, tak terkecuali anak-anak. Mereka butuh teman dekat untuk mengasah rasa kepercayaan diri dan kemampuan bertoleransi.

Selain faktor dari dalam seperti sifat anak, ada beberapa faktor luar yang ikut berperan dalam nemunculkan rasa persahabatan anak. Tak jauh-jauh, lingkungan rumah. Sebelum menetap di sebuah lingkungan, orang tua harus memetakan lingkungannya. Apakah ada anak sebaya yang bisa diajak berteman?. Kalau tidak ada, salah satunya dengan memasukkannnya ke playgroup. 

Lingkungan negatif, misalnya terdapat anak yang sukanya memusuhi. Entah itu bentukan dari orang tuanya atau karakternya memang  demikian. Yang seperti ini bisa menurunkan minat anak untuk berteman atau bersahabat. 

Belum lagi karakter diperkotaan, tak jarang ditemui kompleks perumahan yang sedikit atau bahkan tidak ada anak kecil yang bisa diajak bermain. Makanya orang tua harus lebih aktif mengajak anak bertemu dan berkenalan dengan anak lain, ditempat lain.

Orang tua juga harus menularkan semangat arti bersahaat kepada orang tua lainnya agar feedback-Nya lebih lancar. Kalau anak lain tidak mau berinteraksi, anak kita bisa patah semangat .

Jangan lupakan faktor budaya. "Ada budaya yang memang memberikan banyak aturan kepada anaknya." karena banyak aturan ini malah menghambat anak atau ia  jadi suka menentang. Kalau anak diberi  kepercayaan.  Ia aakan mencoba hal baru dan lebih ekspresif. Termasuk, mau berteman dan bersahabat dengan orang baru.

Cari kawan perlu dorongan. Orang tua sudah semestinya faham akan proses perkembangan anak, mulai dari lahir hingga ia dapat bergaul dengan orang lain. Orang tua juga harus bisa memfasilitasi anak dalam proses sosialisasi. Beda usia tentu akan beda pula perlakuannya.

Proses perkembangan anak dalam membina persahabatan bisa di kelompokkan menjadi tiga tahap
1. Saat anak umur bawah tiga tahun (Batita) pada usia ini anak masih sangat bergantung kepada orang tuanya, Anak masih belum bisa berjalan dengan bebas, makanya interaksi juga masih terbatas. Interaksi pada usia seperti ini memang masih fokus untuk berlatih untuk berinteraksi dengan orang terdekat, terutama keluarga.

Batita akan lebih sering bergumul dengan saudaranya yang sebaya atau kakaknya. Namun bukan berarti batita tidak tertarik menjalin pertemanan dengan anak lain yang sebaya.

2. Saat anak usia 3-6 tahun atau early childhood, sudah muncul kemauan berteman. Pada usia ini anak harus mulai didorong, betapa menyenangkan memiliki sahabat. " Anak sudah ingin bermain yang interaktif. Meskipun belum mendalam tapi mereka sudah mau bermain bersama anak lain.

3. Saat anak berusia 6-12 tahun memang berbeda apalagi statusnya sebagai siswa mereka punya tugas lebih besar ketimbang prasekolah.karena sudah bertemu banyak orang saat  mengenyam bangku sekolah. Fokus anak bukan lagi pada orang tua atau keluarga melainkan mereka antusias Memperbanyak pertemanan, serta menghabiskan waktu yang lama bersama kawan. Kerap kali mereka membentuk sebuah geng di sekolah. Namun pertemanan dalam geng memunculkan rasa persahabatan karena didasarkan atas kebersamaan tapi sebagai selaku orang tua pun harus memantau apakah pertemanan sang anak dalam geng akan berpengaruh positif atau malah menjerumuskan anak pada pribadi yang negatif.